Ahmad bin Khadhrawaih berkata: “Hati adalah wadah. Apabila ia dipenuhi kebenaran, nampak
tambahan cahayanya di atas anggota badan. Dan apabila dipenuhi kebatilan,
nampak tambahan kegelapannya di atas anggota badan. Hati adalah segumpal daging
yang apabila baik, maka seluruh tubuh menjadi baik. Dan apabila ia rusak, maka
seluruh tubuh menjadi rusak.” Kemudian dikatakan: “Sesungguhnya hati itu
seperti raja dan tubuh serta anggota badan seperti rakyat. Tidaklah diragukan
bahwa rakyat menjadi baik bila rajanya baik dan gerakan-gerakan tubuh seperti
tanaman sedang tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Tuhannya, dan tanah yang tidak subur,. Tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana."
Hati juga seperti mata air dan tubuh
seperti tanaman, jika air dari sumbernya tawar, maka tanamannya menjadi baik. Dan
jika asin, maka tanamannya juga akan menjadi asin.’
Ketika Saidina Umar bin Abdul Aziz
menanyai seorang lelaki diantara rakyatnya: “Bagaimana keadaan pemimpinmu?”
Orang itu menjawab: “Wahai Amirul
Mukminin, apabila sumber airnya tawar, maka sungai pun menjadi sedap.”
Apabila demikian halnya, maka perbaikilah
hati itu, supaya anggota-anggota badanmu menjadi baik dan kebaikannya tercapai
dengan melakukan muraqabah, yaitu menghadirkan hati bersama Allah SWT dan
memusatkan perhatian kepada-Nya.
Salah dari mereka berkata: “Kebaikan terdapat
dalam lima perkara, yaitu banyak lapar, membaca Al-Qur’an dengan merenungkan
maknanya, yaitu sambil menangis kepada Allah SWT diwaktu dini hari,mengerjakana
diwaktu shalat malam dan duduk dengan shalih.”
Seorang penyair berkata:
“Obat hatimu yang keras itu ada lima,
lakukanlah itu, niscaya engkau mendapatkan kebaikan dan keberuntungan, Kekosongan
perut dan merenungkan Al-Qur’an, merengek sambil menangis kepada Allah SWT di
waktu dini hari, begitu pula shalat ditengah malam dan duduk dengan orang-orang
shalih.
Sumber : Kitab Muraqil ‘Ubudiyah,
karangan Asy-Syeik Muhammad An-Nawawi Al-Jawi , Kitab ini merupakan syarahan
dari Kitab Bidayatul hidaya, Karangan Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali.
0 Comments
Posting Komentar