Ketika anda mencintai seseorang, misalnya ikhwan mencintai seorang akhwat ataupun sebaliknya, apa yang harus dilakukan? ini yang sering menjadi pertanyaan bagi para ikhwan dan akhwat, baik diseminar, ceramah-ceramah agama, bedah buku dan pada acara-acara yang bertajuk "Baper". Memang tidak ada salahnya ketika mencintai seseorang, itu merupakan fitrah setiap manusia yang diberikan oleh Allah SWT untuk saling  mencintai dan dicintai. Namun bagaimana kita menyikapi hal ini dan bagaimana menempatkan cinta pada tempat yang sebenarnya, bukan pada tempat yang dibenci oleh Allah SWT. Kadang-kadang kita mendapati ada sebahagian orang salah menempatkan rasa perasaan cintanya, yang kemudian berakhir pada lembah kemaksiatan. Ini merupakan kesalahan besar yang dilakukan oleh orang.

Sebelum masuk ke pembahasan selanjutnya, mari kita kaji lebih jauh, apa sebenarnya yang dimaksud dengan cinta?, Seorang ulama yang berasal dari Isfahan yaitu Ar-Rangib Al-Asfahani, mendefinikan tentang cinta:


قَالَ الرَّاغِبُ الأَصْفَهَانِيُّ : الْمَحَبَّةُ إِرَادَةُ مَا تَرَاهُ أَوْ تَظُنُّهُ خَيْرًا ،وَهِيَ عَلَى ثَلاثَةِ أَوْجُهٍ : مَحَبَّةٌ لِلَّذَّةٍ كَمَحَبَّةِ الرَّجُلِ لِلْمَرْأَةِ ،وَمَحَبَّةٌ لِلنَّفْعِ كَمَحَبَّةِ شَيْءٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، وَمِنْهُ قَوْله تَعَالَى : { وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ } ،وَمَحَبَّةٌ لِلْفَضْلِ كَمَحَبَّةِ أَهْلِ الْعِلْمِ بَعْضَهُمْ لِبَعْضٍ لأَجْلِ الْعِلْمِ

Berkata Ar-Rangib Al-Asfahani, cinta adalah menghendaki/mengharap pada sesuatu yang kau lihat atau kau menyangka sesuatu tersebut adalah baik, cinta terbagi kepada tiga macam :

1 - Cinta untuk kelezatan / kenikmatan : contohnya cintanya dua sejoli yaitu cintanya seorang pria kepada wanita.

2 - Cinta untuk kemanfaatan contohnya seperti cinta pada sesuatu yang bisa untuk dimanfaatkan, sebagian dari itu adalah sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an dalam surat As-Shaf ayat 13 :

وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ

"Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman".

3 - Cinta untuk keutamaan seperti cinta pada ahli ilmu pada sebagian ke sebagian yang lain dikarenakan ilmu* 

Berdasarkan definisi yang telah di kemukakan diatas oleh ulama Isfahan, kita sudah menemukan sebuah jawaban, bahwa untuk memamfaatkan rasa yang timbul dalam jiwa kita "Mahabbah" (kecintaan) terhadap sesuatu, itu harus sesuai dengan petunjuk agama. Maka kecintaan kepada sang Pencipta, kecintaan kepada Rasulullah SAW, cinta terhadap ahli ilmu agama seperti mencintai ulama, mencintai kepada habaib dan mencintai sesuatu yang bermamfaat untuk agama, itu lebih utama ketimbang lainnya.


Begitu juga dalam mencintai lawan jenis seperti seorang ikhwan mencintai akhwat, ini wajib dibingkai dengan pernikahan, seandainya cinta itu tidak dibingkai dengan pernikahan, maka akan terjadi kemaksiatan dimana-mana dan terjadi malapetaka yang besar. 

Berikut petikan tulisan yang saya kutip dalam buku "Menikah itu Bukan secepatnya, tapi Setepatnya", mudah-mudahan juga bisa menjadi petuah untuk para ikhwan dan akwat yang sedang dilanda asmara.

"Karena pernikahan adalah seni belajar seumur hidup, tanpa henti. Sekali lagi, yakinkan hatimu, Apakah dirimu benar-benar siap untuk menikah atau jangan-jangan hanya latah ingin "Cuma mengenal dia" dan pamer di sosmed seperti orang lain? Cinta dan kasih sayang adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Amatlah dimengerti bila seseorang yang selama ini selalu menjaga diri dari hubungan yang tidak halal, akan merasakan keinginan untuk berkasih sayang. Tapi coba deh buka mata dan hati. Walaupun single, tapi ada kok yang sayang sama kita. Bahkan tulus tanpa embel-embel pamrih ketimbang kasih sayang seorang yang belum halal. Dan kalau kemudian muncul rasa ingin dicintai setelah melihat orang menikah, tanpa ada niat untuk mencari pernikahan, mungkin itu yang namanya BAPER."* 

Mudah-mudahan tulisan ini bermamfaat bagi penulis dan pembaca.

Referensi :
Piss-KTB 
* Buku "Menikah itu BukanSecepatnya, tapi Setepatnya"