Sebenarnya kisah ini udah saya simpan rapi dalam memori, tak ingin saya ungkap kembali karena akan menoreh luka lama yang belum sembuh sampai sekarang. Luka yang terlalu dalam, tak mungkin sembuh dalam hitungan bulan dan hari. Cuma ketika kami berdiskusi dengan teman di WA (Whatsapp), dia menyarankan untuk menulis tentang kisah yang pernah saya alami dalam bentuk fiksi. 

Kata dia "Kenapa enggk ditulis saja kisah sendiri? kan sumbernya jelas," Kemudian saya menjawab "Bukan saya enggk mau nulis, takutnya nanti ini kisah ini akan kembali membuka luka lama". Berselang beberapa menit kemudian akhirnya saya terdiam membisu, tak ada sepatah kata pun yang terucap dari bibir ini, nalar saya kembali bermain untuk mengingat masa-masa silam, masa-masa dimana indahnya ta'aruf, indahnya suara yang mendayu-dayu, indahnya ketika berjumpa dengan orang tuanya, indah yang susah untuk diungkapkan dengan kata-kata. Lapisan-lapisan memori itu sedikit demi sedikit tersibak, bagaikan lembaran buku usang yang sudah lama tersimpan, ketika dibuka kembali harus sangat hati-hati takutnya lembaran itu akan terkelupas atau terkoyak. 

Teh panas yang tadi susah untuk diminum, sekarang menjadi dingin. "Minumlah dulu tehnya nanti enggak enak lagi, udah dingin", ujar teman sambil memainkan jari-jemarinya diatas keybord laptop. Tangan saya mulai mulai memegang gelas teh manis tadi untuk diminum, terasa lega seteguk teh manis masuk membasahi kerongkongan. 

Tak lama kemudian, saya memberanikan diri untuk merapatkan tangan diatas mesin ketik modern (keyboard laptop), dan saya berpikir, ini menarik juga untuk diangkat kembali menjadi sebuah tulisan. Karena selama ini ceritanya hanya dalam awang-awang pikiran yang selalu menggerayangi setiap malam, saat duduk sendiri, saat sedang tafakkur dan saat-saat dimana dengan segala keterpaksaan pikiran saya harus mengingat dia kembali kisah itu.

InsyaAllah kisah ini nantinya akan saya tulis dalam bentuk fiksi walaupun memang kisah ini benar terjadi dan nyata, cuma nanti peran dan nama akan saya samarkan. Mengingat banyak orang yang terlibat di tulisan ini nantinya. Apakah dia peran tokoh utama, tokoh antagonis, protagonis, tokoh sederhana, tokoh tipikal dan tokoh netral.

Ini sebagai mukaddimah sebelum saya masuk dalam rangkaian cerita ataupun kisah yang mengharukan, menegangkan, menyedihkan dan menyakitkan. Mudah-mudahan yang membacanya nanti akan dapat mengambil ibrah (pelajaran) dari kisah ini. Walaupun semua orang punya kisah masing-masing ketika bergelut dengan urusan menyukai seseorang.