Waktu menunjukkan jam 10.00 Malam, rombongan kami masih menunggu temen-teman yang lain yang belum sampai ke mini market. Tak berapa lama kemudian mobil bus sekolah dan mobil-mobil pribadi dari para pendamping dan punggawa dinas sosial merapat ketempat kami. Dimana pada saat itu mobil-mobil sudah berjejar dipinggir jalan dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Kemudian Buk resi dan pak takdir selaku ketua rombongan mengkoordinir pendamping untuk segera berangkat ketempat yang dituju.

Malam pun semakin larut, hawa dingin terasa menusuk tulang, suasana semakin dingin, menambah indahnya traveling kami menuju danau laut tawar. Sebahagian dari pendamping mulai mengambil jaket, umumnya dari para ladies PKH yang cantik-cantik dan pendamping-pendamping yang lain memakai jaket ke badan mereka masing-masing. 

Perjalanan kami lanjutkan, suara mobil saling sahut menyahut ditengah malam gelap gulita menyusuri jalan sunyi melewati setiap tikungan berbahaya. “Hai tawet u kota ile siat (Kita ke kota sebentar)”  Ujar ricky ditengah laju mobil, Pak is pun menakn rem dengan kakinya agak pelan dan mobil pelan-pelan berhenti, "Kiban, na pakat tajak ukota..?(Gimana pergi ke kota, kita?)" kata pak is, sambil tersenyum kecil "Pakat ("Setuju kita kekota,") ucap kami dibelakang.  kemudian Pak Iswandi memutar stri mobil dan balik arah menuju kota takengon. Kami tidak lagi mengikuti rombongan yang semula, karena ada dari temen kami yang mengajak ke kota untuk membeli perlengkapan lain, untuk keperluan disana nantinya. Kemudian mobil kami melaju menyusuri setiap ruas jalan di perkotaan takengon, sambil melihat-lihat toko yang manjual pakaian. Dan kami berhenti sebuah toko yang menjual pakaian, kami turun dan masuk kedalam toko. “Bang ada jual sebo disini?” ucap hendra, dengan khas longat medannya. Memang hendra udah terbiasa dengan bahasa dan ucapannya khas seperti itu, wajarlah anak medan broe..hehe. “enggk ada bang.. coba ketoko sebelah siapa tau ada,” sahut sang penjual pakaian di toko tersebut.

Kemudian kami keluar dari toko tersebut menuju toko yang lain, persis disamping toko tersebut, ternyata penjual ditoko ini, yang tak lain adalah berasal dari sigli. “Bang pui na ipeublo sebo hino? (Bang ada jual sebo disini?),” sambil tersenyum penjual pakaian itu menjawab “Na bang.. yang model kiban perle..? (ada bang.. yang model seperti apa?), “yang model hana jipakek buet gob (yang enggak pernah dipakek sama orang lain)” ulok hendra, penjual toko tertawa "hahaha..kiban yang hana pakek but gob!". Penjual toko itu mengeluarkan sebo dari rak kaca dengan kondisi masih baru terbungkus dalam plastik, kami mencoba memilih sebo tersebut sambil berdiri didepan cermin untuk menguji satu persatu. Sambil bercengkrama dengan pemilik toko, saya juga membeli jaket sweater pria (baju untuk anti dingin). Setelah selesai membeli keperluan kami, sebo, baju dan perlengkapan yang laen, kami bergegas masuk kedalam mobil dan berangkat menuju lokasi dimana rombongan sebelumnya sudah lebih duluan berangkat melaju dengan mobil masing-masing.

Lebih kurang 45 menit, akhirnya kami sampai ditujuan, dimana yang lain telah lebih dulu sampai ke pinggir danau laut tawar. Kami memarkir kendaraan kami didepan sebuah rumah yang disediakan untuk tempat wisata. Mobil-mobil sudah berjejaran didepan rumah tersebut, dan kami keluar dari mobil dan menuruni tangga beton yang dibuat khusus untuk turun kebawah, kami sangat hati-hati ketika menuruni tangga beton tersebut, menuju ketempat pendamping-pendamping lain yang sudah berada dibawah ..

Sabar sob ya, InsyaAllah nanti dilanjutkan lagi ceritanya dibagian IV, Cerita nyoe perses lage "Cerita han putoh kawen hana jadeh". versi hendra